Sang Pemberontak



Memberontak merupakan suatu hal yang lahiriah dalam diri manusia, Bayi yang lahir ke dunia menjadi contoh betapa tangisan dan hentakan–hentakan kaki si bayi yang memberontak seolah menjadi sebuah teriakan “Aku adalah manusia” yang ingin disampaikan oleh si bayi. Dalam dunia medis modern pun bayi bila tidak menangis saat dilahirkan artinya ada sesuatu yang “salah” pada si bayi.

Kisah penciptaan Adam pun juga menjadi sebuah gambaran, betapa pada saat diciptakan seorang Adam “memberontak” kepada Tuhan karena dilahirkan sendirian di surga sehingga Tuhan pun menciptakan Hawa. Buah Khuldi pun menjadi puncak pemberontakan Adam tersebut yang kemudian membuatnya terbuang dari surga. Nabi Ibrahim, dalam kisahnya menjadi sebuah prototype betapa pemberontakan terhadap nilai–nilai yang mengekang, nilai–nilai yang dianggap tidak sesuai dengan sebuah prinsip dalam diri manusia. Hal yang sama pun kemudian ditorehkan oleh Nabi Muhammad SAW, Yesus, Sidharta Gautama, Zoroaster, nabi Musa, dsb. Mereka semua merupakan sebuah gambaran betapa memang Tuhan menyerukan kepada manusia melalui para utusan-Nya untuk “memberontak” kepada tatanan–tatanan masyarakat jahiliyah atau yang sudah melenceng dari hakikatnya sebagai manusia yang diridhoi, Pemberontakan tersebut kemudian menjadikan sebuah model perubahan terhadap sebuah tatanan sosial masyarakat yang dikuasai oleh hegemoni–hegemoni yang kemudian menimbulkan sebuah alienasi dalam sendi–sendi kehidupan pada manusia.

Tuhan memberikan manusia Aqli (akal) yang dimana secara tidak langsung menegaskan diri manusia yang sebenarnya. Pemberontakan adalah sebuah reaksi atas kesenjangan antara Aqli yang tidak bersentuhan dengan alam material dengan realitas materi. Pemberontakan dalam hal ini adalah sebuah proses penolakan mentah–mentah terhadap sesuatu tanpa adanya proses gerak akal alias berpikir. Sajian dogmatis & doktrinasi adalah sebuah kejahatan moral, terlebih lagi dengan kejahatan yang sangat tidak humanis yang lebih setingkatnya yaitu hegemoni, sehingga pemberontakan adalah sebuah metode untuk memanusiakan manusia melalui kesadaran kritis dan bukan sebuah kesadaran mistis.

Memberontak dalam tulisan ini bukanlah sebuah penyempitan makna yang selama ini di identikkan memberontak dengan aksi pengrusakan. Nabi Muhammad SAW, Yesus, Sidharta Gautama, Mahatma Gandhi, dsb memberikan sebuah gambaran betapa humanisme yang melawan terhadap tatanan–tatanan yang jahiliyah ataupun pembodohan di masyarakatnya meskipun hal tersebut bukanlah hal mudah. Memberontak adalah sebuah keniscayaan namun disatu sisi merupakan pilihan hidup bagi setiap manusia yang menggunakan akalnya.

Kutipan dari http://filsafat.kompasiana.com/2011/04/28/manusia-sang-pemberontak-sejati/
http://nagapasha.blogspot.com


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...