Takabur atau berbangga diri atau bisa juga dikatakan merasa lebih baik dari orang lain adalah sifat yang sangat tercela.Rasulullah pernah bersabda: " Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat takabur walaupun hanya sebesar biji sawi"
Takabur sendiri banyak macamnya, Menurut Al-Ghazali. sifat takabur dibagi menjadi dua yaitu :
1. Takabur dalam urusan agama.
2. Takabur dalam urusan dunia.
Takabur dalam urusan agama juga dibagi dua yaitu :
1. Takabur ilmu, biasanya menimpa para ilmuwan, ulama
2. Takabur amal, ini biasanya menimpa pada orang2 yang merasa sudah banyak beramal.
Takabur dalam urusan dunia meliputi :
Nasab (keturunan), kekayaan, kecantikan, kekuasaan dan banyaknya anak buah. Tapi hampir sebagian besar takabur yang menimpa manusia selalu disebabkan oleh nasab. Mereka merasa sebagai keturunan yang terhormat, darah biru, keturunan bangsawan dan lain2. Padahal sangat jelas kehormatan Islam tidak ditegakkan dengan nasab tetapi seperti firman Allah QS:Al Hujurat:13 "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa"
Salah satu penyakit hati yang dapat menutup jalannya hidayah Allah kepada kita adalah takabur. Penyakit ini bisa melanda seluruh lapisan masyarakat, dari yang kaya sampai yang miskin, orang alim dan bodoh, yang muslim maupun non muslim, dll.
Sombong adalah watak utama dari Iblis, seperti yang bergambar pada ayat di atas. Sifat sombong memang bisa hinggap pada siapapun, namun yang lebih dominan adalah mereka yang mempunyai banyak potensi. Manusia yang hanya diberi ilmu sedikit saja oleh Allah, sudah dianggap dirinya paling pandai. Sehingga segalanya dikaitkan dengan otaknya. Filsafat mulai berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah agama. Padahal Allah swt berfirman : "Dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan hanya sedikit saja" (QS. Al-Isra : 85)
Manusia yang hanya diberi sedikit harta, sudah merasa dialah pemilik segalanya. Setelah itu timbullah keinginan untuk berkuasa karena hartanya, akhirnya lahirlah manusia tipe Qarun. Kemanapun ia pergi sandarannya adalah harta. Dalam hal ini Allah swt berfirman : "Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya, ketika mereka berbincang-bincang : "Hartaku lebih banyak dan pengikutku lebih kuat". (QS. Al-Kahfi :34)
Semakin banyak potensi pada diri seseorang, maka harus semakin waspadalah dia terhadap sifat sombong.Inti penyakit sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Untuk penyembuhan penyakit takabur tidak ada obatnya kecuali yang datang Pemilik Yang Maha Segalanya. Allah swt telah memberi resep obat untuk mengobati penyakit ini kepada Nabi Musa as. Nabi Musa nyaris terhinggap penyakit ini pada saat ditanya oleh pengikutnya : "Ya guru, siapakah orang yang paling pandai di muka bumi ini ? Beliau menjawab : "Akulah orangnya". Pada saat itu Allah langsung menegurnya dan diperintahnya untuk mencari seorang hamba Allah yang shaleh dipertemuan dua lautan. Kisah inilah yang oleh sebagian musafir disebut sebagai proses pendidikan (tarbiyah), kisah Nabi Musa yang bertemu dengan Nabi Khaidir dan menyandarkan kembali hakekat dirinya. Dari kisah yang terangkum dalam QS. Al-Kahfi ayat 60 s/d 82 itu tergambar ibrah (pelajaran) bagi kita, bahwa tarbiyah adalah suatu proses pendidikan yang tidak terbatas pada ilmu melainkan juga mencakup masalah kerja. Ia merupakan proses yang menyeluruh, meliputi aliyah ruhiyah dan jasadiyah.
Source from : http://members.tripod.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar