MITOS - MITOS Malam Pertama

Tak jarang anggapan tentang Malam Pertama (MP) yang dimiliki calon pengantin tergolong keliru. Munculnya mitos ini,disebabkan karena minimnya pengetahuan calon pengantin, terutama tentang seks. Berikut ini adalah mitos-mitos tentang malam pertama yang sering beredar:

Ada Iklan yg mau leat dulu coy..klik ya...


Mitos: Selalu menyakitkan.
Pikiran ini biasanya menghantui kaum perempuan, karena ia sudah lebih dulu khawatir vaginanya tak mampu menampung penis yang besar akibat ereksi.
Fakta: Ini anggapan salah!
Hubungan seks yang pertama kali dilakukan, tak selalu menimbulkan rasa sakit bila yang bersangkutan sudah mempelajari seksualitas sebelum menikah. Rasa sakit biasanya terjadi karena respon seksual belum terjadi secara sempurna padanya. Vagina masih terlalu kencang, sehingga belum siap menerima penetrasi.

Ketika ada rangsangan, respon seksual akan muncul berupa ereksi pada pria, dan pada perempuan terjadi perlendiran serta pelunakan vagina. Bila vagina belum melunak tapi sudah dipenetrasi, akan timbul rasa sakit pada perempuan. Inilah yang menimbulkan rasa trauma. Selain itu, pemaksaan seperti ini bisa membuat mulut rahim pecah.

Mitos: Penentu Keberhasilan.
MP sering dianggap sebagai penentu keberhasilan dalam berhubungan seks selanjutnya. Ketika timbul kekecewaan, misalnya karena pengalaman buruk saat MP, biasanya memang memengaruhi perasaan saat hubungan seks berikutnya.
Pengalaman buruk ini antara lain, Ejakulasi Dini (ED) atau sakit yang dialami perempuan saat penetrasi. Bisa jadi, pengalaman ini akan kembali terbayang saat berhubungan seks berikutnya, sama halnya bila ternyata hubungan seks pertama itu berjalan menyenangkan.
Fakta: MP bukanlah penentu keberhasian dalam hubungan seks selanjutnya.

Mitos: ED selalu terjadi saat MP.
Fakta: ED tidak selalu terjadi saat MP
Menurut Nugroho, ED terjadi akibat gairah yang terlalu tinggi dan foreplay yang kurang. Padahal sebetulnya, gairah ini bisa dikendalikan. Bila pengetahuan seksualitas yang dimiliki suami tidak memadai, ED bisa saja terjadi. Ini wajar terjadi, dan bukan pertanda buruk.

Mitos: Sehebat adegan film biru.
Film biru banyak memberi kesan berhubungan seks yang indah, heboh, bisa penetrasi dengan foreplay singkat, atau bahkan tanpa foreplay, dan bisa penetrasi dalam waktu lama.
Fakta: Tidak selalu sehebat adegan film biru.
Belajar seks dari film biru bahkan tidak dianjurkan, karena adegan yang disuguhkan tidak runut. Itu bukan pembelajaran seks yang baik. Sebab, masing-masing pihak butuh ketenangan, belaian yang tidak terburu-buru, dan penyelesaian psikologi yang baik.Apalagi, perempuan penuh dengan perasaan. Ada kalanya, sebelum berhubungan, sebagian perempuan ingin ngobrol dulu atau dibelai untuk merangsang dirinya. Perlu diketahui, respon seksual yang baik pada wanita harus lengkap, dan ini butuh waktu lama, yaitu sekitar 30 menit.

Mitos: Seks di film biru adalah ideal.
Fakta: Anggapan ini menyesatkan.
Sebab, adegan di film biru kebanyakan hanya rekaan saja. Apalagi, bila suami menganggap ukuran penis yang ideal adalah yang besar, seperti di film biru. Kebanyakan, film biru diperankan orang-orang Barat yang notabene bertubuh tinggi besar, sehingga ukuran penisnya pun lebih besar, dibanding orang Indonesia yang posturnya kecil.
Sebaiknya, sebelum menonton film biru, pengantin baru sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seks. Sehingga, mereka lebih bijak menyikapi adegan yang disuguhkan, dan bisa memilah hal-hal yang baik.

Mitos: Penis besar, istri puas.
Tak sedikit suami yang merasa khawatir tidak bisa memuaskan istrinya karena memiliki penis kecil. Ia lalu menganggap, istrinya baru akan puas jika penis pasangannya berukuran besar.
Fakta: Bukan ukuran besar kecilnya penis yang bisa memuaskan pasangan.
Melainkan, kekerasan penis itu sendiri. Bila penis besar tetapi tidak bisa melakukan hubungan seks dengan baik, bukan tak mungkin justru ED terjadi.

Mitos: Selalu nikmat.
Sebelum menikah, banyak orang menganggap seks itu nikmat, sehingga membayangkan MP pasti akan dilewati dengan nikmat.
Fakta: Apesya, tak sedikit yang kecewa.
Keindahan yang dibayangkan tak terjadi karena mereka tak memahami seksualitas secara benar. Masyarakat Indonesia tergolong malas belajar secara otodidak, termasuk soal seks. Karena itulah, banyak pasangan yang frekuensi berhubungan intimnya makin lama makin berkurang.
Apalagi, bila suami egois karena hanya memikirkan kenikmatannya sendiri, tidak peduli perasaan pasangan. Sedangkan istri, karena merasa sakit tiap kali penetrasi, sering mencari alasan agar tidak perlu melayani suaminya.

Mitos: Darah perawan.
Artinya, istri dianggap masih perawan bila saat berhubungan seks pertama kali, mengeluarkan darah dari vagina. Bila tidak, dianggap sudah tak perawan.
Fakta: Mitos ini sangat menyesatkan!
Anggapan ini membuat banyak istri khawatir bila tidak mengeluarkan darah saat MP, dan bisa menimbulkan kecurigaan suami.
Padahal, ketika istri mendapatkan respon seksual yang sempurna, semua organ reproduksinya melentur. Sehingga, bukan tidak mungkin selaput dara (hymen) istri tetap utuh, bahkan sampai menjelang melahirkan.

Mitos: Tak puas = gagal.
Fakta: Idealnya, saat berhubungan seks kedua belah pihak bisa menikmati dirinya dan pasangannya.
Pada kenyataannya, justru lebih banyak pasangan yang gagal berhubungan seks saat MP akibat pengetahuan seksualitas yang minim. Umumnya, mereka menikmati hubungan seks yang baik justru setelah berhari-hari mencoba, yaitu 10-14 hari. Sebetulnya, hal ini tidak boleh terjadi. Tetapi, karena orang Indonesia jarang mau belajar soal seksualitas, situasi seperti ini akhirnya dianggap wajar.

Mitos: Menyobek selaput dara pertanda keberhasilan.
Fakta: Ini anggapan yang salah dan tidak saling berhubungan.
Belum tentu selaput dara bisa sobek saat MP. Menurut Nugroho, justru menyobek selaput dara saat MP merupakan tanda terjadinya kegagalan respon seksual pada istri. Artinya, sebetulnya istri belum terangsang sempurna saat penetrasi terjadi.

Mitos: Harus minum obat kuat
Fakta: Anggapan yang salah!
Obat-obatan pendukung kegiatan seksual tidak dianjurkan untuk dikonsumsi bila yang bersangkutan tidak memerlukannya. Jika saat MP suami sudah mengonsumsi obat ini, bisa jadi secara psikologis ia sebetulnya merasa tidak siap, atau tidak mampu melakukannya.

Mitos: Daging kambing meningkatkan gairah.
Fakta: Ini mitos yang sering tersiar di masyarakat!
Yang benar, bukan daging kambing yang membuat gairah seks meningkat, melainkan bumbu-bumbu yang berasal dari rempah-rempah yang menyertainya ketika daging kambing itu dimasak.

(MAJALAH NOVA)


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...