Sebagai akibat penyerbuan tentara Banten ke Pakuan Pajajaran catatan mengenai Kota Pakuan tersebut hilang, baru terungkap kembali setelah datangnya rombongan ekspidisi orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeck pada tahun 1687, dan mereka meneliti Prasasti Batutulis dan situs-situs lainya yang meyakini bahwa di Bogorlah terletak pusat Pemerintahan Pakuan Pajajaran.
-- SEJARAH wilayah Bogor tidak bisa dilepaskan dari masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff (1743-1750).Menurut Saleh Danasasmita (Sejarah Bogor, 1983), pada tahun 1744 Van Imhoff meninjau Kampung Baru, sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia (sekarang Jakarta).
Ia merencanakan untuk membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal. Setahun kemudian, van Imhoff memang kemudian menggabungkan 9 distrik - Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Darmaga dan Kampung Baru - ke dalam satu pemerintahan yang disebut Regentschap Kampung Baru Buitenzorg. Kesatuan inilah yang menjadi cikal bakal Kabupaten Bogor.Di kawasan itu Van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gubernur Jenderal. Sedangkan nama Buitenzorg, yang artinya "terlepas dari kesulitan" -menurut Danasasmita- sebetulnya berasal dari sebuah nama bangunan sederhana, yang didirikan oleh Van Imhoff di lokasi istana itu.
Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzorg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, Puncak Gunung Salak dan Puncak Gunung Gede, yang memang merupakan tempat ideal untuk beristirahat. Tidak diketahui secara pasti apakah nama Buitenzorg itu menjadi asal-usul dari nama Bogor. Pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) dan Thomas Stan-ford Raffles (1811-1816) istana Bogor itu diperbaiki. Raffles bahkan kemudian mempercantiknya dengan taman dan kawanan rusanya, serta sebuah Kebun Raya seluas 85 hektar. Raffles ini pulalah yang kemudian menulis "The History of Java", yang bahan-bahannya dikumpulkannya sendiri ketika ia berkunjung ke berbagai tempat bersejarah di Sumatera, Jawa, Bali dan beberapa pulau lain di Indonesia. Konon, seperti diungkapkan oleh sahabatnya, Kapten Thomas Otho Travers, Raffles menulis buku tersebut di wilayah sejuk Cisarua.
Hawa sejuk di Kabupaten Bogor memang merupakan andalan bagi industri pariwisata wilayah itu. Dengan luas 2.371,21 km2 dan dengan memiliki 30 kecamatan, Kabupaten Bogor menjadi daerah hinterland (pinggiran) bagi Jakarta. Wilayah kabupaten itu - meskipun hanya 28 persen merupakan dataran tinggi - menjadi daerah penyangga banjir bagi Jakarta. Potensi wisata Kabupaten Bogor memang sangat besar. Ada sembilan lokasi unggulan yang menjadi andalan pemerintah kabupaten, yaitu Telaga Warna (Kecamatan Megamendung), Prasasti Ciaruteun (Kecamatan Cibungbulang), Goa Gudawang (Kecamatan Cigudeg), perkemahan di kawasan Gunung Salak (Kecamatan Cibungbulang), Taman Safari Indonesia (Kecamatan Cisarua), PTP XII Gunung Mas (Kecamatan Cisarua), rumah makan di sepanjang jalan raya Puncak (Kecamatan Cisarua), air panas Ciseeng (Kecamatan Parung), dan Taman Rekreasi Lido (Kecamatan Cijeruk).
Dengan latar belakang pemandangan alam yang indah - terutama kebun teh, gunung, atau hutan pinus - dan dukungan fasilitas penginapan yang baik, arus wisatawan ke wilayah itu seakan tidak pernah berhenti. Tidak mengherankan kalau data statistik menunjukkan bahwa sebagian besar penginapan di kabupaten itu terkonsentrasi di daerah kawasan wisata. Di Kecamatan Cisarua, misalnya, hingga tahun 1998, dari total 14 hotel berbintang di Kabupaten Bogor, tujuh di antaranya berlokasi di kecamatan itu. Sementara, dari total 109 hotel non-bintang, Cisarua memiliki 40 buah.
Peta BOGOR Baheula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar